Jumat, 22 November 2013

Biografi Jendral Soedirman

BIOGRAFI
“JENDRAL SOEDIRMAN”

Biodata

Nama                              :  Soedirman
Tanggal lahir                     :  Bodas Karangjati, Purbalingga, 24  January 1916
Agama                             :  Islam
Wafat                               :  Magelang, 29 Januari 1950
Ayah                                :  Karsid Kartawiraji
Ibu                                   :  Siyem
Istri                                  :  Alifiah
Ibu Angkat                       :  Tarsem
Ayah Angkat                    :  R. Cokrosunaryo
Pendidikan                       :  1. Sekolah taman siswa
                                          2. HIK (Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
                                          3. MULO Wiworotomo
Pengalaman pekerjaan       :  Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi      :  Kepanduan Hizbul Wathan
Pendidikan tentara            :  Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Berkiprah di bidang           :  Kemiliteran
Jabatan di Militer              :   - Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
                       - Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
                        - Komandan Batalyon di Kroya
Tanda peghormatan          :  Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Dimakamkan                    :  Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta

Pangkat                            :  Jenderal Besar Anumerta Bintang Lima
             Kesatuan TKR/TNI
             Divisi V / Banyumas
             Batalyon Kroya          


Riwayat hidup

Soedirman terlahir dari seorang ayah bernama Karsid Kartawiraji dan ibu bernama Siyem. Setelah beberapa bulan, Siyem melahirkan sorang anak bayi laki-laki, yang oleh R. Cokrosunaryo diberi nama Soedirman. Pada tanggal 24 Januari 1916, di Bodas Karangjati, Purbalingga. Akhirnya Soedirman diangkat oleh R. Cokrosunaryo sebagai putra angkat dan diberi gelar Raden  Soedirman.
Ketika Soedirman berumur 6 tahun, ayahnya, Karsid, meninggal dunia. Semasa kecilnya, Soedirman telah dibiasakan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, Budhenya Soedirman juga mengajarkan tata krama priyayi seperti sopan santun, budi pekerti, ramah santun, dan tidak suka menyakiti perasaan orang. Semenjak kecil ia terkenal disiplin dalam menjalankan ibadah.
Ketika memasuki usia sekolah, Soedirman mengecap pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School). Lalu, ia pindah sekolah di MULO Wiworotomo. Di Wiworotomo, ia sering dipercaya untuk memimpin dan mengorganisasi penyelenggaraan kegiatan yang ada disekolah. Ia juga sering dijuluki sebagai “guru kecil” dan kajine (haji) saat berumur 19 tahun.
Kepanduan Hizboel Wathan(HW)sangat populer dikalangan masyarakat pada saat itu, termasuk Cilacap. Soedirman pun tertarik dengan kegiatan tersebut. Akhirnya, Soedirman terpilih sebagai Mentri daerah HW(Ketua Kwarcab) wilayah banyumas. Sejak memasuki HW, bakat militer dan nasionalisme Soedirman semakin terpupuk. Pada tahun 1936, Soedirman menikah dengan Alifiah.
Sekolah HIS Muhammadiyah Cilacap yang terus berkembang sangat membutuhkan guru-guru yang cakap dalam mengajar siswa-siswanya. Sementara itu, Soedirman yang lulusan MULO Wiworotomo berkeinginan menjadi guru namun ia tak memiliki ijazah pendidikan guru. Menyadari kenyataan dan  peluang tersebut, maka Soedirman memberanikan diri untuk ikut kursus kepada guru-gurunya yang dulu pernah mengajar di Wiworotomo.
Dengan keseriusannya, ketabahannya, dan ketekunannya, ia dapat menguasai tata cara seorang guru dalam mengajar di sekolah. Akhirnya, meskipun tanpa ijazah pendidikan guru, pimpinan Muhammadiyah Cilacap secara resmi megangkat Soedirman sebagai seorang guru dengan gaji f. 3,-tiap bulan. Dalam mengajar dia dikenal dengan guru yang sabar dalam mengajar. Kariernya sebagai guru terus menanjak berkat prestasi dan jiwa kepemimpinannya yang tinggi. Tidak lama kemudian, Soedirman diangkat menjadi kepala sekolah. Dengan gaji menjadi f. 12,50 tiap bulan.
Pada tahun 1943 Jepang membentuk sebuah badan militer dengan anggota berasal dari orang asli Indonesia yang dikenal sebagai PETA. Pembentukan PETA ternyata menarik perhatian para pemuda Indonesia, terutama Soedirman. Para calon siswa perwira PETA itu selanjutnya dibagi dalam beberapa regu sesuai dengan kelompoknya masing-masing, Shodanco, Cudanco, dan Daidanco.  Soedirman pun diangkat menjadi kelompok Daidanco.
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki di bom atom oleh Amerika. Dan akhirnya pihak Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat. Kemudian, Soedirman menuju Jakarta untuk menemui Soekarno guna mengucapkan selamat dan rasa syukur atas diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.                                                            
Untuk menjalalankan roda pemerintahan agar Republik Indonesia yang baru terbentuk berjalan sebagaimana semestinya, para pemimpin negara membentuk Badan Keamanan Rakyat(BKR). BKR di Jawa Tengah dipimpin oleh Soedirman.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 12 November 1945 Soedirman terpilih sebagai calon Panglima TKR yang selanjutnya akan menjadi Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Dan akhirnya, pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman secara resmi dilantik sebagai Panglima Tertinggi TKR. Semenjak pelantikan itu, secara resmi Soedirman menyandang gelar kapangkatan militer sebagai seorang Jendral. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel.

            Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, umur 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
         
Prestasi-prestasi soedirman

1.     keberhasilannya merampas senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah.
2.    Menjadi guru di Muhammadiyah Cilacap
3.    Menjadi Bapak Tentara Indonesia.
4.    Menjadi Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
5.    Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
6.    Menjadi Komandan Batalyon di Kroya.
Keistimewaan pribadi

1.     disiplin dalam menjalankan ibadah
2.    memiliki sikap kesatria, disiplin, pemberani, pandai, rajin belajar, tegar dalam menghadapi persoalan, masalah dan cobaan, serta jiwa pengabdian yang teguh
3.    memiliki jiwa kemiliteran dan kepemimpinan yang tinggi.
4.    walaupun dengan satu paru-paru, beliau tetap memperjuangkan Negara Indonesia.

Pelajaran yang di dapat

1.     Semangat kesatuan dan persatuan, kapahlawanan, dan cinta kepada tanah air
2.    Menjadikan kita sosok yang berprinsip dan memiliki pendirian yang kuat
3.    Melatih dan mengajari kita untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi
4.    Bahwa setiap orang harus memiliki tanggung jawab atas segala kewajibannya
5.    Lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi

 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar